Translate

1 Feb 2016

Menyoal Kesesatan Seseorang



Indonesia tanpa syiah

Menyoal Kesesatan Seseorang

Antara Sekedar Emblem dan Keyakinan

Kasus 1. Fulan adalah anak dari orang tua yang berpaham Syiah Rafidah. Namun karena orang tuanya sering keluar negeri si Fulan bergaul dengan sunni. Lambat laun ia berpikiran dan berpahaman seperti sunni pada umumnya. Dia tidak mengkafirkan para sahabat, tidak melakukan mut’ah dan lain sebagainya. Tapi bagaimanapun juga dia anak seorang syiah rafidah.

Kasus 2. Di tempat lain pak Fulon adalah ketua organisasi islam terbesar yang berpemahaman sunni. Namun dia sering berkerja di negeri syiah rafidah. Bergaul dengan tokoh-tokoh mereka. Lambat laun dia lebih dekat dengan ulama2 mereka dari pada ulama2 dari organisasinya sendiri. Mendukung eksistensi mereka, mendukung pemahaman bahkan ikut mengamalkan sebagaian amalan mereka yang dianggap sesat oleh ulama-ulama sunni.

Mari kita melihat dari kacamata sunni (pengikut mazhab imam jama’ah). Siapakah yang sesat dari kedua orang diatas? si Fulan atau pak Fulon?

“Pokonya syia’ah sesat….. yah si fulan sesat laah…. “

Ini namanya cara berpikir “pokok….e”
Kacaunya cara berpikir “Pokok…e” bila dianalogikan akan sama seperti logika ini:

“Misal saya tidak mau mengaku syiah ataupun pengikut imam mazhab. Saya percaya shalat yang wajib hanya magrib saja. Itu pun make bahasa indonesia. apakah saya sesat?”

Tentu saja….

“Mengapa? kan saya bukan syiah, bukan JIL, bukan khawarij, bukan wahabi saya hanya saya”

perlu di CATAT: Sesat itu bukan karena emblemnya, bukan karena bajunya, bukan karena orang tuanya, melainkan karena apa yang dia yakini benar itu berlawanan dengan sunnah Rasulullah. Mau make baju NU, Muhamadiyah, Persis, Salafi dan lain sebagainya tapi klo yakin bahwa shalat gak wajib ya sesat, selama dia meyakini jilbab gak wajib ya sesat, selama dia melaknat para sahabat atau mengaku ada Rasul lain selain Muhammad SAW… ya sesat. Walupun dia adalah anak atau cucu kiai besar selama dia meyakini bahwa ada kitab suci lain selain Al Qur’an maka dia adalah sesat.

So sesat itu lihat bagaimana amalannya. Mengaku NU tapi berpemhaman liberal yah sesat…. mengaku muhamadiyah tapi berpemahaman khawarij yah sesat…. mengaku salafi tapi berpemahaman ekstrimis yah sesat….(seperti yang di paparkan pada kasus 2)


Nah masalahnya banyak dari kita gak mahu tahu mengapa ulama menfatwakan syiah (rafidah) sesat. Mengapa khawarij sesat. Mengapa Islam Liberal sesat. Mengapa islam sekular sesat. Kita memang tidak diperbolehkan dan menggampangkan penyebutan sesat pada seseorang. Namun kita harus tahu mana pemahaman yang sesat dan mana yang tidak. Lalu bagai mana kita tahu sebuah paham sesat atau tidak selama kita tidak mencari tahu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Gunakan kata-kata yang cerdas dan tidak merendahkan. Silahkan mengkritik bila ada yang menyimpang dari Ajaran Rasulullah. ^,^