Translate

3 Jul 2018

ULAMA

Ulama

ULAMA

Ada orang yang tidak hapal Al Qur'an, tidak ahli dalam bahasa dan sastra Al Qur'an, tidak memiliki penguasaan terhadap ilmu fiqih, bukan hafidz dalam ilmu hadits tapi di sejajarkan dengan ulama2 ahli tafsir yang bergelut lama di bidang tafsir, hapal Al Qur'an beserta tafsir2nya, hapal ribuan hadist, menguasai ilmu fiqih, menguasai bahasa arab dan kesusastran di dalam Al Quran. Parahnya ada sekelompok orang menganggap tokohnya lebih utama dari ulama2 tafsir. Lalu sebenrnya siapa sih yg bisa di sebut ulama? Untuk memahaminya ane kasih gambaran lagi kesalahpahaman yang banyak terjadi. Pasti pernah mendengar kalimat seperti ini: "Ada ulama yang mengatakan tidak ada penistaan agama". (kasus penistaan agama oleh Ahok di Pilkada jakarta tahun 2017) kalimat ini tujuannya mengarah pada satu orang, tapi dia menggunakan kata "Ulama". Ini salah, Mengapa? karena bila dia berkata "ada Ulama" maka maksudnya ada sekumpulan orang Alim. Ketika berkata ada sekumpulan orang alim maka akan mengarah kepada apa mazhabnya? syafii? hambali? atau apa? atau liberalkah atau syiah kah? dll. So dari sini aja tampak ketidak tahuannya dalam masalah agama. Klo menggunakan kata seperti ini baru benar: "Ada profesor yang mengatakan tidak ada penistaan agama" "Ada tokoh agama yang mengatakan tidak ada penistaan agama" "Ada orang pintar yang mengatakan tidak ada penistaan agama" dan semacamnya... Lalu apa sih dan siapa yang bisa di katakan ulama?

Dari sisi bahasa

Ulama dari kata aalim عالِم yang artinya orang yang mengetahui. Dalam hal ini mengetahui masalah hukum2 di dalam agama islam. So bila ada orang rajin beribadah, suka melaksanakan sunah Rasulullah belum tentu dia orang alim. Tapi lebih tepatnya orang yang Taat. Aalim ini bila lebih dari satu baru di sebut Ulama. Ulama hadis; orang2 alim yang mengerti dan hafidz dalam ilmu hadis. Ulama Syafiiah yakni ulama yang mengikuti mazhab Imam Syafii, Majlis ulama Indonesia : tempatnya orang2 alim di Indonesia duduk bersama mengurusi permasalahn ummat.

Definisi ulama dalam islam

Untuk mengetahuinya maka berangkat dulu dari dalil yang ada. Ada dua point: 1. “Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah adalah ulama” (QS. Fathir: 28) 2. “Sesungguhnya ulama itu adalah pewaris para nabi” (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi)”. Seorang ulama menjalankan peran sebagaimana para nabi, yakni memberikan petunjuk kepada umat dengan aturan Islam, seperti mengeluarkan fatwa, laksana bintang-bintang di langit yang memberikan petunjuk dalam kegelapan bumu dan laut (HR At-Tirmidzi dari Abu Ad-Darda radhiallahu ‘anhu) Mari kita lihat dahulu point nomor 2. waratsatul ambiya(pemawis para nabi) artinya apa? Pertama, berarti apa yang dia ajarkan pasti sama dengan apa yang Rasulullah ajarkan. Masalahnya karena kita tidak berjumpa langsung dengan Rasulullah maka kita harus mengikuti pendapat mereka yang berjumpa dan seterusnya hingga bersambung ke Rasulullah. Misal cara berwudhu. Bila dia mengajarkan bahwa berwudhu itu mengusap kepala sebanyak 10 kali maka lihat, apakah yang di ajarkannya itu ditemukan di dalam hadis? atau malah di dalam hadis ada keterangan jumlah yang bertentangan dengan apa yg di ajarkannya. Bila ada berarti dia adalah pewaris nabi bila tidak maka dia adalah pedusta atas nama nabi. Kedua, Nasab keilmuaanya bersambung kepada Rasulullah. Runtutannya maka seperti ini: Rasulullah ==> Sahabat ==> Tabiin ==> Tabi'ut Tabi'in. Bila guru2nya di runtun kepada siapa dia belajar maka akan bersambung kepada mereka. Artinya Pendapatnya tidak bertentangan dengan pendapat Rasulullah. Untuk memahaminya begini, ada istilah Ijtihad didalam menentukan suatu hukum. Ijtihad itu hukum yg di ambil berdasarkan kesepakatan ulama atau seorang yg ahli di dalamnya karena tidak ditemukan keterangan yg jelas di dalam Al Qur'an atau hadis dalam perkara itu, atau mungkin ditemukan tapi butuh penafsiran yang lebih dalam. Misal perkara menyentuh wanita membatalkan wudhu atau tidak. Imam syafii berpendapat membatalkan tapi imam Maliki tidak. Atau contoh lain hukum2 yang di ambil di dalam suatu negara yang belum menerapkan hukum islam. Misal hukum kebiri, ditemukan banyak pendapat di kalangan sahabat bahwa hukum ini adalah Haram, maka bila ada orang yang mengatakan hukum ini boleh maka dia bukanlah dari kalangan ulama. Bila dia berguru, mengidolakan, mentauladani dan mengikuti seseorang yang pendapatnya bertentangan dengan pendapat para sahabat maka dia bukan ulama. Atau bahaan bila gurunya malah orang kafir yg memang mempelajari islam, di universitas yang di bangun bukan oleh orang islam dan di negara yang bukan negara muslim. Ketiga, Berarti dia adalah orang yang mengerti hukum2 yang di ajarkan oleh Rasulullah. Atau dengan kata lain dia memahami kandungan ayat2 dalam Al Qur'an, Ilmu Fiqih, Hadis2 Rasulullah, Pendapat2 para Salafus Shaleh, mengerti kaidah bahasa Arab. Sedangkan bila melihat Point pertama tentang siapa yg disbut ulama dalam Al Qur'an maka pengertiannya cuma 1. Dia adalah orang yang takut pda Allah. SO bila semua butir pont kedua dia kuasai tapidia tidak takut pada Allah maka dia bukan ulama. Mengapa? Karena orang2 kafirpun ada yang mempelajari Al Quran. Bahkan mungkin menghapalnya. Bahkan ini adalah indikator utama seseorang di katakan ulama. Bila hanya keilmuan yang menjaditolok ukurnya maka ketahuilah Iblis jauh lebih berilmu. Bahkan Iblis mengetahui langsung kebenaran Al Qur'an. Iblis melihat kejadian Alam semesta dan bahkan berjuma dengan Allah. So dalam keyakinan batiniah jelas iblis jauh lebih yakin. Iblis kafir bukan karena dia tidak yakin, melainkan karena dia tidak mau mengakui dengan lisannya dan mengamalkan (tunduk) dengan perbuatannya. So bila ada orang ygn mengatakan iman itu yang penting hatinya tapi lisan dan perbuatannya tidak maka sesungguhnya ini adalah amalan iblis. Kesimpulannya ulama itu adalah: 1. Orang yang takut pada Allah 2. Menguasai hukum2 Allah 3. Nasab keilmuaanya bersambung kepada Rasulullah. ---------------------------------------------------- Tambahan: Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullah mengatakan: “Ilmu merupakan warisan para nabi dan para nabi tidak mewariskan dirham dan tidak pula dinar, akan tetapi yang mereka wariskan adalah ilmu. Barangsiapa yang mengambil warisan ilmu tersebut, sungguh dia telah mengambil bagian yang banyak dari warisan para nabi tersebut. Dan engkau sekarang berada pada kurun (abad, red) ke-15, jika engkau termasuk dari ahli ilmu engkau telah mewarisi dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ini termasuk dari keutamaan-keutamaan yang paling besar.” (Kitabul ‘Ilmi, hal. 16) Ada hadis tentang wajibnya mengikuti Al-Jamaah (jamaah para ulama) Ulama adalah seorang yang diisyaratkan Rasulullah dalam sabdanya, “Hiduplah kalian dalam satu jemaah dan jangan berpecah-belah. Sebab setan itu lebih mudah menjerumuskan satu orang daripada dua orang. Siapa yang ingin tinggal di tengah-tengah surga maka bergabunglah dengan jemaah itu. Siapa yang merasa gembira dengan kebaikan yang dimilikinya dan merasa sedih dengan kejelekan yang ada pada dirinya, itulah sesungguhnya orang mukmin” (H.R. Ahmad dan Tirmizi). Lalu, jemaah seperti apakah yang dimaksud itu? Para ulama menjelaskan, al-Qurthubi misalnya, bahwa yang dimaksud dengan jemaah itu ada dua macam: pertama, sekumpulan kaum muslimin yang bersatu di bawah komando seorang pemimpin yang terpilih secara syar’i. Kedua, ia adalah ungkapan dari metodologi dan tata cara beragama seseorang. Maksudnya? Yakni siapa pun yang berada di atas petunjuk nabi Muhammad, para shahabatnya, dan salafus saleh maka berarti ia telah bergabung dengan jemaah. Ingatlah di akhir zaman nanti akan semakin banyak ulama Su': “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Al-Bukhari no. 100 dan Muslim no. 2673) ---------------------------------------------------- Akhir kalam, dari tulisan ini ane cuma ingin mengajak saudara seiman, mari kita ikut dalam barisan ulama, yakni barisan orang-orang yang takut pada Allah. Alim2 yang mengajak ummat muslim untuk tunduk kepada ketentuan-ketentuan Allah. Jauhi mereka-mereka yang menjual Aqidahnya untuk kepentingan dunia. Allahualam.

1 komentar:

  1. Begini brother , islam terdiri dari rukun iman dan rukun islam , apapun jenis manusianya , siapapun manusianya yang berdakwah dll. Sebernya ambilah ilmu agama yang berdasarkan allah dan rasullulah seorang ulama berani mengakui kalau mereka belajar juga dari ahli sunnah wal Jamaah , anti meninggikan organisasi, namun meninggikan Allh dan rasullulah .

    Reagart Cv Lampung Service
    Actualyty strike objectif Great post thx PT Lampung
    Service HP Bandar Lampung

    BalasHapus

Gunakan kata-kata yang cerdas dan tidak merendahkan. Silahkan mengkritik bila ada yang menyimpang dari Ajaran Rasulullah. ^,^