Translate

13 Sep 2015

Ummu Umarah 'Sang Perisai Rasulullah SAW'

Hasil gambar untuk nusaibah


“Tidakkah Aku melihat ke kanan dan ke kiri melainkan aku melihatnya berperang untuk membelaku.” dari KITAB ATH-THABA QAT IBNU SA’AD 

Ummu Umarah 'Sang Perisai Rasulullah SAW' 


Inilah Ummu Umarah dengan nama lengkapnya Nusaibah binti Ka’ab bin Amru bin Auf bin Mabdzul al-Anshaiyah, seorang Shahabiyah mujahidah. Ia salah satu dari wanita Madinah yang bersegera masuk Islam. Mujahidah yang satu ini juga tercatat sebagai satu dari dua Muslimah yang pergi bersama generasi Anshar ke Makkah untuk berbai’at kepada Rasulullah. Keluarga Ummu Umarah dikenal sangat pemberani. 
Nusaibah menikah dengan Zaid bin Asim. Dari pernikahannya, ia memiliki dua orang anak yaitu Abdullah dan Habib. 

Pada suatu hari, Zaid pulang dengan gembira. Zaid bercerita, bahwa ia baru saja mendengar kabar dari Mush'ab bin Umair, seorang penduduk Mekkah utusan Muhammad bin Abdullah, tentang bangkitnya seorang Rasul di kalangan kaum quraiys. Ia bercerita tentang Muhammad saw, sang Rasul yang tetap tegar berda'wah walaupun dimusuhi kaumnya. Muhammad juga tidak tergiur dengan harta dan kedudukan yang ditawarkan kepadanya. Cerita itu sangat menyentuh hati Zaid.Kemudian Zaid berkata, 

"Demi Allah, saya tidak hanya heran mendengar cerita itu, tetapi saya beriman dan bersaksi bahwa tidak ada ilah selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah. Andaikata kedua telingamu mendengarkan cerita Mush'ab tentang Muhammad dan da'wahnya, niscaya engkau tidak akan mengingkarinya".


Mendengar perkataan suaminya, hati Nusaibah tergerak. Kemudian dengan penuh keharuan ia berkata : 
"Saya beriman kepada Allah sebagai ilah dan Muhammad sebagai nabi." 
Kemudian keduanya berjanji untuk melakukan bai'at pada musim haji yang akan tiba beberapa saat kemudian. Saat musim haji tiba, rombongan dari Madinah datang ke Mekkah. Mereka kemudian dipertemukan oleh Mush'ab dengan Rasulullah dan melakukan bai'at. Nusaibah dan suaminya termasuk orang yang ikut berbai'at kepada Nabi dalam keheningan malam di Aqabah. 

Saat Perang Badar, Abdullah putranya ikut berjuang dengan gagah berani menegakkan panji-panji Islam sampai umat Islam mendapat kemenangan. Tak lama setelah kembalinya pasukan dari Perang badar, Zaid, suaminya meninggal dunia. Nusaibah kemudian dilamar oleh Ghaziyah bin Amr. Dari pernikahannya dengan Ghaziyah, Nusaibah mempunyai dua orang anak yaitu Tamim dan Khawlah. Kesibukan Nusaibah mengurus rumah tangga, suami dan anak-anaknya tidak membuatnya mengurangi perannya dalam da'wah dan perjuangan umat Islam. Dalam berbagai pertempuran itu, Nusaibah tidak hanya membantu mengurus logistik dan merawat orang-orang yang terluka. Lebih dari itu, ia juga terjun ke medan perang dan mengangkat senjata untuk melindungi Rasulullah saw hingga Nusaibah terkenal dengan julukan 'Sang Perisai Rasulullah SAW'. Ia keluar di tengah pasukan kaum muslimin dalam perang Uhud dan mendapatkan ujian yang baik. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda tentangnya: “Sungguh kedudukan Nasibah binti Ka’ab pada hari ini lebih baik dibanding kedudukan fulan dan fulan.” (Ath-Thabaqaat (VIII/302); Siyar A’laamin Nubalaa' (II/978).) 

Ketika Rasulullah SAW memimpin pasukannya menuju bukit Uhud, ia bersama suaminya, Ghaziyah bin Amr serta dua buah hatinya, Abdullah dan Habib tutur bergabung. Awalnya, Ummu Umarah bertugas sebagai perawat tentara yang terluka serta menyediakan minuman. Ketika perang Uhud meletus dan para prajurit tak lagi mengindahkan ketetapan Rasul hingga mereka terbirit-birit lari dari pertempuran, Nusaibah malah terjun langsung ke arena peperangan. 

Dari 'Umarah bin Ghazyah, ia mengatakan: “Ummu 'Umarah menuturkan, 

‘Aku melihat orang-orang pergi dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak tersisa kecuali sekelompok orang yang kurang dari sepuluh orang. Aku, anakku dan suamiku berada di depan Rasulullah untuk melindungi beliau. Sementara orang-orang melewati beliau untuk melarikan diri, dan beliau melihatku tidak memakai Senjata. Ketika beliau melihat orang yang melarikan diri sambil membawa senjata, maka beliau mengatakan, ‘Lemparkan senjatamu untuk dipakai orang yang berperang.’ Ia melemparkannya, lalu aku mengambilnya. Senjata tersebut aku pakai untuk melindungi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Luka yang aku dapatkan hanyalah dari orang-orang berkuda. Seandainya mereka berjalan (tanpa tunggangan) seperti kami, niscaya kami dapat melukai mereka. Insya Allah. 

Ketika seseorang berkuda datang lalu menebasku, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berteriak, ‘Wahai putera Ummu 'Umarah! Ibumu! Ibumu!’ Lalu puteraku membantuku menghadapi pria tersebut sehingga aku berhasil membunuhnya.’” 
Putra beliau yang bernama Abdullah bin Zaid bekata, 

“Aku teluka. Pada saat itu dengan luka yang parah dan darah tidak berhenti mengalir, maka Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Balutlah lukamu!’ Sementara ketika itu Ummu Imarh sedang menghadapi musuh, tatkala mendenga seuan Nabi, ibu menghampiriku dengan membawa pembalut dari ikat pinggangnya. Lantas dibalutlah lukaku sedangkan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berdiri, ketika itu ibu bekata kepadaku, Bangkitlah besamaku dan tejanglah musuh!’Hal itu membuat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Siapakah yang mampu berbuat dengan apa yang engkau pebuat ini wahai Ummu Imarah?’ 

Kemudian datanglah orang yang tadi melukaiku, maka Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Inilah yang memukul anamu wahai Ummu Imarah!” 
Ummu Imarah becerita, 
“Kemudian aku datangi orang tersebut kemudian aku pukul betisnya hingga roboh.” 
Ummu Imarah melihat ketika itu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tersenyum karena apa yang telah diperbuat olehnya hingga kelihata gigi geraham beliau, beliau bersabda, “Engkau telah menghukumnya wahai Ummu Imarah.” 
Kemudian mereka pukul lagi dengan senjata hingga dia mati. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Segala puji bagi Allah yang telah memenangkanmu dan meyejukkan pandanganmu dengan kelelahan musuh-musuhmu dan dapat membalas musuhmu di depan matamu.” (Lihat Thabaqat Ibnu Sa’ad VIII/413 — 414) 

Pada hari itu Ummu Umarah Radhiyallahu anha terluka sebanyak 13 luka. Tak hanya berjuang di Perang Uhud, Ummu Umarah pun tampil mengangkat panji-panji pasukan Muslim Perang Hunain. Tak lama setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, sebagian kabilah yang dipimpin Musailamah al-Kadzab murtad. Bahkan, Musailamah mengaku sebagai nabi. Khalifah pertama Abu Bakar ash-Shidiq pun memutuskan untuk memerangi nabi palsu itu. Dalam perang ini putranya yang bernama Habib bin Zaid bin Ashim syahid setelah disiksa karena di paksa untuk menakui kenabian Musailamah. Ummu Umarah berserta anaknya Abdullah membalas kematian Zaid pada perang Yamamah. 

sumber
http://almanhaj.or.id/content/957/slash/0/contoh-untuk-diteladani-kisah-shahabiyah-yang-mulia/
http://sitinafidah.blogspot.com/2011/02/teladan-nusaibah-binti-kaab-ra.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Gunakan kata-kata yang cerdas dan tidak merendahkan. Silahkan mengkritik bila ada yang menyimpang dari Ajaran Rasulullah. ^,^