
Gagal
"Failures are divided into two classes -- those who thought and never did, and those who did and never thought." (John Charles Salak)"kegagalan itu dibagi menjadi dua, yakni mereka yang berpikir gagal namun tidak pernah mencoba, dan mereka yang mencoba dan tidak pernah berpikir gagal"
Sama halnya dengan apa yang dikatakan Thomas Alpha Edison ketika ia menemukan "lampu" sementara orang lain menyebutnya gagal. “Aku tidak gagal, aku berhasil membuktikan bahwa 9.999 jenis bahan mentah itu tidak bisa dipakai. Aku akan meneruskan percobaan ini sampai menemukan bahan yang cocok”. Inilah salah satu contoh jenis orang kedua. Mungkin banyak di antar kita yang berhadapan dengan situasi yang serupa. Lalu menjadi jenis yang manakah kita?
Suatu ketika seorang akhwat berkata pada seorang ikhwan. "Terimakasih Mas. Mas adalah orang yang baik, agamanya juga bagus. tapi maaf, mungkin sebaiknya kita berteman saja. Masih banyak akhwat yang lebih baik dari saya. Saya do'akan mas segera di pertemukan dengannya"
"Allahu Akbar..." jerit pria tersebut dalam hati. Kecewa, sedih, getir langsung merebak di hati sang ikhwan. Ia telah Mencurahkan segala upaya, baik hati maupun jasmaninya untuk melamar sang akhwat. Bahkan bila di suruh memilih, ia lebih siap menghadapi 5 penjahat yang akan merampas hartanya dari pada mendengar kata-kata manis tersebut. Setidaknya bila mati dibunuh si penjahat, ia mati sahid.
Itulah perjuangan. Ikhtiar sang ikhwan. Dan suatu hari nanti mungkin itulah yang akan menimpa kita. Bukan saja para ihkwan, bisa jadi akhwat pun mengalaminya. Gagal bersanding dengan belahan jiwa.
Manusia di ciptakan satu paket dengan perasaannya. Manusia bukanlah robot, yang bergerak dengan terprogram tanpa perasaan. Kita pasti kecewa bila kinginan tidak tercapai. Sebaliknya gembira, senang serta kepuasan melanda ketika memperoleh keinginan tersebut.Hal tersebut wajar. Semua itu dirasakan oleh hati kita. Tinggal bagaimana kesiapan kita dalam menghadapi perasaan-perasaan itu. Bagaimana menjaga hati kita agar tidak terpuruk atau melambung terlalu tinggi.
1. Man propose, god dispose.
dari Abi ‘Abdurrahman ‘Abdullah bin Mas’ud , Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan kejadiannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nuthfah. Kemudian menjadi segumpal darah selama itu juga (40 hari). Kemudian menjadi gumpalan seperti sekerat daging selama itu pula. Kemudian diutus kepadanya seorang Malaikat maka ia meniupkan ruh kepadanya dan ditetapkan empat perkara, ditentukan rezkinya, ajalnya, amalnya, sengsara atau bahagia..... (HR.Bukhari)"
Begitulah. Janganlah lupa, bahwa jodoh itu bagian dari rezeki, yang sudah tertulis semenjak kita di ciptakan. Kita hanya berusaha untuk menjemput rezeki tersebut. Apakah kita dapat memperoleh rezeki tersebut segera, atau tertunda. Allahualam. Tergantung ikhtiar dan do'a kita.
2. Selalu lihat dari sisi positivenya.
Banyak pria atau wanita terpuruk ketika kecewa, lalu menilai dirinya terlalu rendah. Hindarilah itu! Jadikan kekecewaan itu sebagai batu loncatan untuk menjadi lebih baik. Bisa jadi ia menolak karena telah memilih seseorang yang lebih baik dari agamanya maupun akhlaknya. Maka jangan mau kalah! jadikan diri kita lebih baik lagi. Atau bisa jadi ia menolak karena memilih seseorang karena harta atau parasnya. Maka bersyukurlah! Allah masih memberikan kesempatan kita mencintai yang lain. Sehingga kita tetap berjalan kearah yang lebih baik.
3.Terbaik Menurut Allah.
Banyak dari kita baik pria maupun wanita yang takut menjalin hubungan karena salah melihat sudut pandang. Bagaimana kalo....; Dia kan cuma ....; Begini-begini aku kan.... dst.
"Boleh jadi kamu mencintai sesuatu padahal sesuatu itu amat buruk bagimu, dan boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu amat baik bagimu. Kamu tidak mengetahui sedangkan Allah Maha Mengetahui" (QS. 2:216).
Maka marilah belajar untuk bertanya setiap kali mengambil keputusan. "Apakah ini yang terbaik menurut allah?". atau bertanya "Apakah Rasulullah senang dengan keputusan ini"
4. Semua itu bernilai
Malu karena di tolak? hari gini....? Ditolak masalah jodoh bukanlah aib jadi jangan disamakan dengan perbuata maksiat (zinah, judi, berghibah). Justru sebaliknya.
"Menakjubkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya urusannya seluruhnya baik dan tidaklah hal itu dimiliki oleh seseorang kecuali bagi seorang mukmin. Jika mendapat nikmat ia bersyukur maka hal itu baik baginya, dan jika menderita kesusahan ia bersabar maka hal itu lebih baik baginya." (HR. Muslim)"
5.Manusia cuma punya satu hati
Bila hatimu sepenuhnya telah kau berikan kepada sang pangeran, atau si putri yang cantik jelita, lalu di hati yang manakah cinta pada Rabb-mu di letakan.
Cinta mati bukanlah cinta sejati. "apa lah artinya hidup ini tanpamu" adalah bukan perkataan seorang muslim. Cintailah seseorang dengan niat untuk lebih mendekatkan diri pada Rabbmu. Ketika ia membuat kecewa, tidak seluruh hatimu rusak. Ingatlah! Berharap pada manusia, bersiaplah kecewa. Berharaplah pada Allah. Karena ia tidak pernah mengecewakan hamba-hambanya.
"Dan apabila hambaKu bertanya tentang Aku, maka jawablah bahawa Aku dekat. Aku mengabulkan doa orang-orang yang berdoa kepadaKu.. "(QS. 2:186)
5. Realistik
Bila bumi dan isinya sudah ideal. Untuk apalagi dakwah? Sadarlah! Kita bukan hidup pada zaman Rasulullah. Kita hidup dizaman "Ghazwul Fikr" dimana ummah telah banyak diracuni dengan standard-standard non-islami. Ingat pepatah arab: "janganlah berharap istri seanggun Fatimah bila diri tak seluhur Ali". Masalahnya adakah dizaman ini ikhwan berbudi seluhur Ali atau akhwat seanggun fatimah? cukuplah terapkan batas-batas islami yang wajar, janganlah kesalahan kecil atau ketidak tahuan menjadi alasan bagimu. Bila semua wanita shalihah hanya bersedia menikahi ustad atau Tahfidzul Qur'an, maka betapa banyak pria dan wanita yang tidak menikah. Atau Pria yang mengharuskan wanita hanya melihat sisi keshalihannya saja tanpa kesiapan materi, bersiaplah kecewa. Ideal itu sulit. Kita tidak bisa mengharapkan orang lain ideal, melainkan berusaha menjadikan diri kita ideal buat orang lain.
6.Rendah hati
Rendah hati itu tidak sama dengan rendah diri. Menghargai dan menilai diri sendiri tanpa harus takabur itulah yang penting. Memang kita tampan, atau cantik. Memang kita pintar, bertitle banyak. Memang kita kaya, harta meruah. Memang kita juru dakwah, lalu kenapa? Bukan karena ukhti cantik seorang ikhwan memastikan meminang ukhti. Bukan karena gelar tinggi seorang ukhti mendambakan ikhwan. Melainkan karena Tuhan Yang Maha Kuasa Membolak-balikan hati.
7. Biarkan Cinta Itu Datang Kembali.
Patah hati bukan berarti mati. Kesempatan pasti datang kembali. Makan jangan biarkan kesedihan, kekecewaan terus melanda. berikan kesempatan pada dirimu untuk kembali mencintai, walau bukan berarti melupakan cinta yang lama. Biarkan cinta itu berproses dalam dirimu. Tidak musti kita menikah dengan seseorang yang sangat kita cintai. Karena kita menikah bukanlah untuk mendapatkan cinta pasangan kita, melainkan cinta Allah pada kita dan pasangan kita.
Ingatlah sabda Rasulullah:
"Wanita dinikahi karena satu dari tiga hal; dinikahi karena hartanya, dinikahi karena kecantikannya, dinikahi karena agamanya. Maka pilihlah yang memiliki agama dan akhlak (mulia) niscaya selamat dirimu"(HR.Ahmad)
"jika melamar kepada kalian seseorang yang kalian ridho agamanya dan akhlaknya maka nikahkanlah ia, bila kalian tidak melakukannya maka akan ada fitnah di muka bumi dan kerusakan yang nyata?"(HR. Turmudzi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Gunakan kata-kata yang cerdas dan tidak merendahkan. Silahkan mengkritik bila ada yang menyimpang dari Ajaran Rasulullah. ^,^