Translate

3 Jul 2018

Ketaatan Kepada Pemimpin

Taat pada pemimpin

Ketaatan Kepada Pemimpin

Dalil tentang ketaatan kepada pemimpinCukup sering di share dalil tentang wajibnya taat pada pemimpin. Ane salah satunya. Karena memmang taat pada Ulil AMRI itu WAJIB. Tapi benarkah demikian?
Mari lihat dalil2 yang ada dari Hudzaifah bin Al Yaman. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,:
“Nanti setelah aku akan ada seorang pemimpin yang tidak mendapat petunjukku (dalam ilmu) dan tidak pula melaksanakan sunnahku (dalam amal). Nanti akan ada di tengah-tengah mereka orang-orang yang hatinya adalah hati setan, namun jasadnya adalah jasad manusia. “Aku berkata, 'Wahai Rasulullah, apa yang harus aku lakukan jika aku menemui zaman seperti itu?'" Beliau bersabda, ”Dengarlah dan ta’at kepada pemimpinmu, walaupun mereka menyiksa punggungmu dan mengambil hartamu. Tetaplah mendengar dan ta’at kepada mereka.”(HR. Muslim no. 1847. Lihat penjelasan hadits ini dalam Muroqotul Mafatih Syarh Misykah Al Mashobih, 15/343, Maktabah Syamilah)

Fenomena di mayarakat

Nah letak permasalahannya adalah terkadang dalil2 ini di ambil juga oleh orang2 fasik yg bahkan orang-orang yang anti islam hanya untuk memaksa ummat agar tidak mengkritik kezaliman mereka kepada kita. Letak perbedaan antara orang fasik dengan orang beriman adalah orang fasik cuma mencari dalil sekedar cuma mencari pembenaran. Padahal hadis tersebut gak berdiri sendiri. Ada kewajiban lain yang juga tidak boleh kita tinggalkan. Salah satunya adalah kewajiban mengingkari perkara mungkar. Misal dalil ini:
“Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir”. [Al Maidah: 44].
Ketika pemerintah memutuskan bahwa hukuman kebiri di jalankan maka wajib kita mengingkarinya karena syariat mengharamkan hukuman itu, atau ketika memutuskan untuk menjadikan Jilbab tidak wajib, menghalalkan miras, menyebarkan pemahaman sesat, Majlis taklim di awasi bahkan dilarang atau bahkan ketika ibadah mulai di halang2in, maka bila semua itu memang terjadi, kita WAJIB mengingkarinya. Coba lihat dalil yang lain:
"Seorang muslim wajib patuh dan taat (kepada umara) ketika lapang maupun sempit pada perkara yang disukainya ataupun yang dibencinya, selama tidak diperintah berbuat MAKSIAT. Jika diperintah berbuat MAKSIAT, maka tidak boleh patuh dan taat. [HR Bukhari dan Muslim].
artinya kita harus patuh dan taat selama semua itu masih berada dalam koridor yang tidak dilarang oleh syariat. Sebaliknya jga kita tidak boleh mengingkari dengan cara2 yang memang dilarang oleh syariat misal makar, kudeta, menghina, mencaci, memfitnah dll. Sebaliknya bila pemimpin tersebut berbuat kemungkaran dan semua kemungkaran itu kita terima dan rela maka kita ikut andil dalam kemungkaran tersebut. Termasuk juga dosa2 di dalamnya.
Berikut dalilnya: Rasulullah shollallahu’alaih wa sallam bersabda,
“Akan muncul pemimpin-pemimpin yang kalian kenal, tetapi kalian tidak menyetujuinya. Orang yang membencinya akan terbebaskan (dari tanggungan dosa). Orang yang tidak menyetujuinya akan selamat. Orang yang rela dan mematuhinya tidak terbebaskan(dari tanggungan dosa).” (Hadits Shahih Riwayat Muslim No 3445)

Nasihat Shalafushaleh

maka pada akhirnya kita ikuti saja nasihat Ulama2 terdahulu kita.
1. Abdullah Ibnu Abbas berkata,”Pemimpin adalah ujian bagi kalian. Apabila mereka bersikap adil, maka dia mendapatkan pahala dan kamu harus bersyukur. Dan apabila dia zhalim, maka dia mendapatkan siksa dan kamu harus bersabar.”
2. Imam Nawawi berkata,”Barangsiapa yang mendiamkan kemungkaran seorang pemimpin, tidaklah dia berdosa, kecuali (jika) dia menunjukan sikap rela, setuju atau mengikuti kemungkaran itu.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Gunakan kata-kata yang cerdas dan tidak merendahkan. Silahkan mengkritik bila ada yang menyimpang dari Ajaran Rasulullah. ^,^