Translate

Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan

3 Okt 2018

Mengenang Tokoh Dunia

Tokoh dunia

Mengenang Tokoh Dunia

Kita mengenal tokoh2 dunia termasuk indonesia, ada yang karena kebaikannya namun ada juga karena keburukannya. Berikut beberapa di antaranya:


  • Kita kenal Abu Bakar, Sahabat Rasulullah SAW paling utama. Khulafaur Rasyidin. Sosok yang ramah, lembut dan tegas.Dia lah yang pertama kali menjaga Risalah Rasulullah SAW tetap hidup. Menumpas nabi palsu dan menjadi pembuka kejayaan islam
  • Kita kenal Umar Bin Khatab. Sosok yg tegas. Di tangannyalah islam berjaya di seluruh wilayah arab hingga ke eropa. Pedang selalu di tangannya dalam memerangi kemaksiatan. Kita mengenalnya sebagai sosok yang menegakan syariat islam. Musuh2nya takut kepadanya. Bahkan mungkin bila  beliau hidup zaman sekarang, orang2 munafik yg mencintai maksiat akan menyebut beliau sebagai islam  anarkis dan extrim. Tapi sejarah telah mencatatnya sebagai tokoh dan pemimpin islam yg baik

3 Jul 2018

Wahabi, dan kebodohan kita

Fitnah kepada wahabi
Tulisan berikut ini sekedar telaah agar kita ummat islam bersatu dan tidak menjadi bodoh dengan mengikuti fitnah2 yang beredar.
Tulisan ini terkait masih adanya saudara kita seaqidah yang menganggap ulama2 lulusan Saudi maupun Kairo sebagai Wahabi dan sesat.
Hingga sekrang setiap ada orang yang menjust salafi sebagai wahabi dan menganggapnya sesat, ane minta apa indikator mereka mengatakan sesat dan apa dasarnya. Tidak satupun yg bisa mengajukannya. Bahkan yang berprofesi sebagai ustad sekalipun.
Misal kita menganggap sesat liberal karena memiliki pemahaman "semua agama sama", menghalalkan LGBT, menganggap Jilbab cuma budaya. Atau tentang syiah di anggap sesat karena mengkafirkan sahabat, mengatakan Al Qur'an tidak sempurna, menghalalkan nikah Mut'ah. Inilah yang disebut Indikator, atau alasan2 mengapa ulama memfatwakan sesat. Ada buktinya dari ceramah hingga kitab2 dan tulisan tokoh2 mereka.

ULAMA

Ulama

ULAMA

Ada orang yang tidak hapal Al Qur'an, tidak ahli dalam bahasa dan sastra Al Qur'an, tidak memiliki penguasaan terhadap ilmu fiqih, bukan hafidz dalam ilmu hadits tapi di sejajarkan dengan ulama2 ahli tafsir yang bergelut lama di bidang tafsir, hapal Al Qur'an beserta tafsir2nya, hapal ribuan hadist, menguasai ilmu fiqih, menguasai bahasa arab dan kesusastran di dalam Al Quran. Parahnya ada sekelompok orang menganggap tokohnya lebih utama dari ulama2 tafsir. Lalu sebenrnya siapa sih yg bisa di sebut ulama? Untuk memahaminya ane kasih gambaran lagi kesalahpahaman yang banyak terjadi. Pasti pernah mendengar kalimat seperti ini: "Ada ulama yang mengatakan tidak ada penistaan agama". (kasus penistaan agama oleh Ahok di Pilkada jakarta tahun 2017) kalimat ini tujuannya mengarah pada satu orang, tapi dia menggunakan kata "Ulama". Ini salah, Mengapa? karena bila dia berkata "ada Ulama" maka maksudnya ada sekumpulan orang Alim. Ketika berkata ada sekumpulan orang alim maka akan mengarah kepada apa mazhabnya? syafii? hambali? atau apa? atau liberalkah atau syiah kah? dll. So dari sini aja tampak ketidak tahuannya dalam masalah agama. Klo menggunakan kata seperti ini baru benar: "Ada profesor yang mengatakan tidak ada penistaan agama" "Ada tokoh agama yang mengatakan tidak ada penistaan agama" "Ada orang pintar yang mengatakan tidak ada penistaan agama" dan semacamnya... Lalu apa sih dan siapa yang bisa di katakan ulama?

Takut Menuntut Ilmu

Menuntut Ilmu


Takut Menuntut Ilmu

Ketika ada orang yg di ajak ikut hadir pengajian atau buat pengajian dengan mengundang ustad ada saja orang2 yang berkata seperti ini:
1. Takut terjerumus ke aliran sesat
2. Kan tidak semua sependapat dengan ustad itu
3. Takut beda pemahaman
dll....
Intinya ada ribuan alasan yang menjadikannya dia takut atau enggan mendengarkan Tausiah. Demi Allah ini adalah was was setan.
Sudah pengetahuan umum bagi mereka yang ahli ilmu, dekat dengan sunah bahwa antara mazhab Syafi'i dan Maliki banyak perbedaan. Tapi juga sudah pengetahuan umum bahwa kedua Imam ini saling memuja satu sama lainnya. Apa yang mereka perselisihkan adalah perbedaan pemahamannya. Bukan orangnya. Begitulah kaidah dengan menuntut ilmu
Ulama adalah manusia biasa yg MUSTAHIL menguasai semua bidang. Bila ternyata kita menemukan pendapat salah satu ustad berbeda dengan ustad lain yg ternyata lebih baik, maka kita pilih pendapat yang lebih baik, namun bukan serta merta ustad yg satu tidak layak kita timba ilmunya. Bisa jadi keduanya saling menyempurnakan

16 Mei 2018

Perbedaan Metode Rukyat di Arab Saudi dan Indonesia

Perbedaan Rukyat Arab Saudi dan Indonesia

Perbedaan Metode Rukyat di Arab Saudi dan Indonesia

Antara Serupa Tapi Tidak Sama

Sedikit membandingkan antara penetapan metode jatuhnya 1 Ramadhan dan 1 syawal antara Arab Saudi dan Indonesia. Bukan untuk perdebatan, tapi untuk kajian ilmiah. Baik Saudi dan Indonesia sama berbuat yg terbaik untuk menetapkan tanggal sesuai dengan syariat. Mungkin tulisan ini agak panjang dan tidak semua bisa mengikuti. Hanya yg terbiasa dng ilmu kebumian yg paham. Lebih2 bila percaya bahwa bumi itu datar, maka jelas pasti bingung.

Arab Saudi dan Indonesia memiliki kemiripan metode. Yakni sama2 menetapkan jatuhnya 1 Ramadhan berdasarkan Rukyat dan mempertimbangkan metode Hisab.

Untuk memahami bagaimana sistem penentuan awal bulan di Arab Saudi ke masyarakat luas maka perlu melihat kembali perkembangan metode Rukyat yg terjadi di sana.

Metode penetapan awal bulan Arab Saudi tidak lepas dari sistem kalender yang  dipedomani oleh mereka, yaitu “Kalender Ummul Qura”, sebuah sistem yang juga dipedomani oleh banyak negara di kawasan jazirah arab, seperti Bahrain, Qatar, dan juga Mesir. Termasuk pula komunitas muslim di beberapa negara yang mayoritas non musim, serta komunitas mesjid yang dana pembangunannya dibiayai oleh Arab Saudi.

Berkaitan dengan sistem kalender Arab Saudi Zaki al-Mustafa, seorang astronom Arab Saudi menjelaskan bahwa sistem penanggalan atau kalender di Arab Saudi mengalami fase evolusi dalam tahapan cukup panjang. Zaki membagi fase itu dalam empat tahapan yang diklasifikasi berdasarkan kreteria yang berlaku pada tahun-tahun tertentu. Empat fase dan masing-masing kreterianya adalah sebagai berikut:

14 Jun 2017

Antara Anti Vak dan Pro Vak, Debat Para Pencela

Antara Anti Vak dan Pro Vak


Kita tidak bisa meluruskan seseorang dengan tuduh menuduh maupun mencela mereka. Baru2 ini muncul lagi dan menghangat lagi pemahaman Imunisasi dan vaksin itu tidak perlu dilakukan. Hal itu tidak di ajarkan dan di Haramkan oleh agama? Benarkah?
ane katakan tidak benar!

Ada persamaan antara antivak dan provak di kebanyakan debat di Dunia Maya. Yaitu sama-sama merasa paling benar, namun tentu tidak semuanya. Beda dengan ulama yang mejelaskan keilmuan tanpa menyimpulkan macam2 bagi yg tidak mengikuti fatwanya.

Begini, ane ambil contoh ini:

Ust Khalid salah satu contoh ustad yang mengambil pendapat tidak ikut vaksin karena alasan halal Haram. Jama'ah Ust khald dan ust Firanda sama, sedang ust Firanda mengambil pendapat Vaksin itu boleh. So jamaahnya ada yg anti Vak dan yg pro vak. Bedanya ada yg tanpa ilmu ada yg berilmu. Ust Khalid cuma menyampaikan yg gak boleh itu vaksin berbahan dasar Haram sedangkan ust Firanda tidak mengatakan semua vaksin Halal.

Fatwa2 ulama tentang hukum vaksin sudah banyak. Sebaliknya dari semua debat yang ane saksikan lagi2 terbagi dua. Ada debat yang make ilmu ada yg make nafsu. Salah satunya adalah mengatakan yg anti vak itu aliran Qadariyah dan sebaliknya mengatakan pro vak itu gak wara. Antivak mengatakan yang pro vak itu bukan golongan yang taat sebaliknya yang provak mengatakan yang antivak itu kalangan yg gak berilmu. Bahkan sering kali menjeralisir mengatakan yg antivak itu sebagai kalangan wahabi sedangkan yang provak itu orang-orang Ikhwanul Muslimin.

Jelas semua itu tuduhan-tuduhan yang sama sekali tidak ada ilmunya. Bahkan orang-orang yang ane anggap baik sekalipun sering kali terjebak

Untuk meluruskan lebih baik kita kembali saja ke fatwa2 yang ada.

13 Feb 2017

Menyanggah Dalil Teman Ahok Dalam Memilih Pemimpin

Menyanggah Teman Ahok

Menyanggah Dalil Teman Ahok Dalam Memilih Pemimpin



Dalam sebuah diskusi seorang menyampaikan ke ane sebuah artikel berikut:

http://luk.staff.ugm.ac.id/kmi/isnet/Nadirsyah/awliya/isi.html

Hal ini terkait Pilkada Di DKI Jakarta tanggal 15 Februari 2017 dimana salah satu pasangan calon adalah orang non muslim yang bahkan tersandung kasus penistaan agama. Dia mengakatakan bahwa "jangan mau di bohongi pakai Al Maidah 51" bahkan di dalam bukunya dia mengatakan ayat ini ayat pemecah belah NKRI

Artikel ini selalu menjadi rujukan teman-teman ahok di berbagai kesempatan. Bahkan ane menilai teman2 ahok menganggap saudara Nadirsyah, si penulis adalah seorang pakar hadis, Al Quran, Tafsir dan segalanya, melebihi Imam An Nawawi, Imam Syafii maupun ulama-ulama tafsir yang ada di Indonesia.

Well ane gak membahas isi dari artikel saudara Nadirsyah, ulama sudah membahasnya, tapi ane membahas salah satu dalil Teman Ahok yang digunakan untuk pijakan amalan mereka memilih pemimpin. Dalil tersebut mengutip tulisan saudara Nadirsyah lewat Artikel dalam link di atas.

Mari kita bahas pembahasan saudara Nadirsyah....

Hal yang menarik adalah benar bahwa ketika beliau mengatakan sebuat ayat dalam Al Qur'an harus melihat asbabun nuzul dari ayat tersebut. Di sini ada dua hal yg ingin ane sorotin.