
Cinta yang menyesatkan
"mengapa kau
bersedih kawanku?"
tanya seorang gadis
kepada sahabatnya....
........
hati wanita memang
rapuh
namun lembut seperti
sutra
ketika ia di sakiti
ia menangis
"ia berpaling
kepada yang lain..."
jawab sang gadis
kepada sahabatnya
pilu
.......
bukankah cinta itu
adalah kesetiaan
ketika kesetiaan itu
diperjual belikan
masikah ada cinta
sesungguhnya08567589607
sementara itu di
sisi lain dari dunia mereka
seorang pria
berteriak di tepi pantai
BUKANKAH SEMUA TELAH
KUBERIKAN PADAMU....
HANYA UNTUKMU....
KARENAMU....
......
ia juga menangis
terpuruk dalam
kesendirian ditengah keramaiannya dunia
ia membuang selembar
kertas putih
tertulis:
turut mengundang
pernikahan ......
(dari sang terkasih)
.......
itukah cinta....?
yang hadir sangatlah
indah
ketika pergi dapat
menyakitkan?
bukankah Allah
menanugrahkan cinta kedalam hati manusia
sebagai sesuatu yang
indah,
dan menentramkan
hati,
dan bukan sesuatu
yang menyebabkan
manusia tenggelam
kedalam lautan yang
tidak bertepi
atau mungkinkah
kegundahan hati itu
bagian dari
adzabnya?
atau bagian dari
petunjuknya,
agar kita tahu arti
cinta sejati sesungguhnya
bukankah manusia di
ciptakan hanya memiliki satu hati.
satu hati untuk di
jaga.
satu hati untuk di
cintai
dan satu hati untuk
mencintai
bila hati tersebut
telah kau berikan kepada sang pangeran
atau si putri yang
cantik jelita
lalu di hati yang
manakah cinta pada Rabnya di letakan
bukankah manusia
hanya punya satu hati
sungguh....
cinta pada manusia
dapat menyesatkan
karena manusia dapat
mengecewakan
tapi cintamu pada
Rabmu tidaklah sia-sia
Ia telah
menciptakanmu,
yang menciptakan
hatimu
dan Ia juga yang
menciptakan cinta manusia padamu
".....Sesungguhnya
Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki
dan menunjuki
orang-orang yang bertaubat kepada-Nya"
"yaitu
orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
"(ar-rad:28)
Begitulah nasehat
yang dapat kita ambil dari ayat-ayat Al-quran. Seringkali keinginan kita,
cita-cita maupun tujuan kita di dunia menjadikan kita tersesat, gundah dan bila
tidak tercapai dapat membuat kita terpuruk. Hasrat kita yang merugikan diri
sendiri maupun prilaku yang tidak diridhain Allah SWT itulah yang dimaksud tersesat.
Terlebih lagi ketika sebuah hasrat kita menjadikan kita melakukan sesuatu yang
dimurkai-Nya. Naudzubillah mindzalik.
Coba bayangkan andai
anda adalah wanita berumur 30 tahun, masih sendiri. Anda sangat berharap
datangnya seorang pangeran yang ingin meminang anda. Anda tinggal di sebuah
lingkungan, dimana banyak sepasang kekasih memandu cinta di tempat umum. Anda
selalu melihat mereka setiap hari. Bagaimanakah perasaan anda?
Ketika seseorang
dalam posisi seperti itu hanya tiga kemungkinan yang terjadi. Anda akan
menurunkan harga anda, bahkan ada kalanya menjadi terlalu rendah. Kedua, anda
tidak lagi berharap datangnya seorang pangeran, lalu anda menyibukan diri
dengan sesuatu yang dapat mengalihkan perhatian anda. Ketiga anda tetap
memegang prinsip dengan kuat dan percaya Allah lah pemilik segala, pengatur
segala urusan.
Ada sebuah cerita
nyata yang saya dapat dari seorang peserta seminar. Pembicaranya adalah seorang
wanita muslim yang sukses. Ia ingin menerangkan besarnya peran wanita di
masyarkat. Dari bicaranya sangat teihat beliau adalah wanita yang cerdas. Ia
pun mencoba menjelaskan kepada peserta seminar bahwa sudah bukan zamannya lagi
wanita hanya bekerja di dapur, mengurus anak dan sudah bukan zamannya lagi
wanita tidak bisa menjadi pemimpin kaum pria. Emansipasi wanita adalah hak
asasi yang perlu di tegakan. Ia mengkritik banyak nilai-nilai islam yang perlu
diluruskan. Ia mencontohkan poligami. Bagaimana mungkin ketika seorang istri
didapatkan tak mampu memiliki anak, seorang pria dapat mencari penggantinya
tanpa di jerat hukum pernikahan.
Pada saat sesi tanya
jawab, ternyata tidak sedikit peserta seminar dari kalangan wanita yang tidak
setuju dengan pendapatnya. Seorang ibu berdiri dan mengungkapkan ketidak
setujuannnya. "ketika saya menjadi seorang ibu, tentu saya berharap
menantu saya juga memberikan saya cucu".
Banyak sekali
pendapat wanita sukses itu dan seorang ibu yang tidak sepaham. Dua
latarbelakang yang berbeda tentu saja akan menghasilkan pendapat yang berbeda
pula. Saya tidak dapat mengatakan siapa yang lebih benar. Karena yang lebih
memahami mereka tentu saja seorang wanita. Saya adalah seorang pria. Namun fakta
yang saya dapatkan adalah wanita sukses itu ternyata belum menikah, bahkan
ketika uang tidak lagi menjadi kendala baginya.
Teman-teman banyak
yang mengemukakan hal yang sama sengan saya. "yang paling membahagiakan
dalam sebuah pernikahan bukanlah bercumbu dengan istri kita yang cantik,
melainkan melihat anak kita tumbuh.".
Itu adalah pendapat
para pria. Saya pikir pendapat seorang wanita juga tidak berbeda. Bahkan saya
yakin perasaan sayang seorang wanita pada anaknya lebih dalam dari seorang
pria. Manakah yang lebih utama bagi seorang wanita: kesuksesan, harta,
perhiasan dan bahkan kedudukan ataukah suami dan anak-anak yang harus di
lindunginya. Apakah seorang wanita “single” yang sukses lebih bahagia dari seorang
ibu yang miskin.
Kebahagiaan itu
memang sifatnya relatif, tergantung dari nilai-nilai yang dipegang. Di Amerika
mungkin seorang wanita merasa tidak bahagia, merasa tidak laku bila hingga
berumur 20 tahun belum ada pria yang menciumnya, atau bahkan berhubungan badan.
Perdana menteri itali mengkritik media karena menjadikan penampilan adalah
segala-galanya oleh wanita-wanita itali, hingga hampir setiap warga wanita di
negara itu butuh waktu lebih dari 30 menit setiap paginya, hanya untuk
berdandan. Di palestina wanita lebih bahagia ketika memiliki anak banyak walau
miskin.
Seseorang mencintai
adalah agar memproleh ke bahagiaan. Namun ketika kebahagiaan itu hanya di ukur
dari materi dunia maka kebahagiaan itu tidaklah hakiki. Bagaimanakah ukuran
kebahagiaan yang hakiki?mari kita mencoba bertanya pada hati kita. Apakah ia
sudah merasa bahagia, ataukah selalu gelisah. Ketika hati anda merasa puas
disertai dengan ketentraman. Itulah kebahagiaan hakiki. Kebahagiaan yang
menjadikan hati kita tentram. Kebahagiaan yang tidak akan berakhir hingga
menembus masa kematian. Tentu saja mendapatkan apa yang kita inginkan,
menjadikan hati kita puas. Tapi bagai mana bila harta melimpah yg kita peroleh
menjadikan kita takut miskin, takut pria tampan yang menjadi pendamping kita di
gaet wanita lain, cemas istri kita yang cantik selingkuh. Sungguhkah itu
disebut kebahagiaan.
Teringat nasehat AA
gym. "bila seorang pria berniat menikah, carilah mereka ketika anda dalam
keadaan susah" dengan logat sundanya A A.
A A
benar, bila ada wanita yang bersedia, padahal kita masih luntang lantung, sudah
pasti dia adalah wanita yang tulus.
Nasehat lainnya
"kalo seorang wanita berniat mencari pria, carilah yang tidak terlalu
tampan, agar tidak selalu khawatir suaminya di dekati wanita lain."
Saya malah bertanya,
apakah para artis itu, yang sering muncul di infotaiment bisa menemukan
pasangan hidup yang tulus mencintai. Apakah bagi mereka kekasih itu hanyalah
sebuah status dan kebutuhan. Tidak tahukah mereka bahwa ikatan kasih yang
dinyatakan dengan tali pernikahan adalah ikatan agung yang tertuang dalam
Al-quran dan di saksikan oleh para malaikat.
Dalam Al Quran hanya
ada dua ikatan perjannjian yang seagung tali pernikahan. Yaitu perjanjian Allah
dengan Nabi dan Rasul Ulul 'Azmi(QS 33:7) dan ikatan sumpah bani israil ketika
Allah mengangkat bukit Thurisna.(QS 4:154)
Kebalikan dari
kebahagian, yaitu penderitaan. Ketika seseorang merasa penderitaan menderanya
ada tiga kemungkinan yang dapat terjadi. Pertama,Ia terpuruk, jatuh hingga
mencelakai dirinya sendiri. Kedua, Ia bangkit dan ingin orang lain tahu
perasaannya, bahkan ingin orang lain menderita atau lebih dari penderitaannya.
Dari situlah tersebarnya fitnah, gunjing, iri dan dengki. Atau ia kembalikan
kepada Tuhannya, yang menciptakannya, yang memilki jalan keluar dari setiap
masalah. Atau yang ketiga, ia berpasrah dan menerima ketetapannya.
Namun terkadang
batas antara kebahagian dan penderitaan menjadi semu ketika disandingkan dengan
hasrat. Cinta, syahwat yang merupakan hasrat terbesar manusia menjadi salah
satu sumber penderitaan kebanyakan dari kita. Bahkan, terkadang sulit untuk
menghindarinya, terutama bagi mereka yang hatinya kosong.
Coba kita perhatikan
di sekitar kita,manakah yang lebih banyak antara orang yang bersyukur terhadap
apa yang dimilikinya dengan orang yang selalu mengeluh. Padahal janji Allah,
bila kamu bersyukur maka allah akan menambah nikmatmu.
Bisa jadi keadaan
ummat muslim sekarang di karenakan sedikitnya rasa syukur. Bukankah kebanyakan
negara yang mayoritas muslim berada di lahan yang kaya akan sumber daya alam.
Tapi justru bangsa muslim yang harus mengiba-iba ke negara2 barat.
Bila kita bersyukur
masih bisa sekolah, tidak mungkin kita bermalas-malasan, bila bersyukur
memiliki pekerjaan tidak mungkin bekerja setengah hati. Bila bersyukur memiliki ilmu yang tinggi, mustinya banyak
karya yang tercipta. Bila bersyukur memiliki harta melimpah, sudah pasti
darmawan. Bila bersyukur dipercaya rakyat memimpin sudah pasti adil dan tidak
korupsi.
Kenapa tidak kita
syukuri apa yang kita miliki sekarang. Kekasih yang bersama kita saat ini
adalah anugrah yang luar biasa. Berapa banyak wanita yang tidak menikah, tidak
mendapatkan cinta hingga akhir hidupnya. Betapa banyak pria yang melajang.
Tanpa rasa syukur cinta tidaklah akan bertahan. Tanpa hal ini tak mungkinn kita
memperbaiki kekurangan dalam diri dan pasangan.
-----------------------------------------
Ketika cinta
tertolak sudah pasti kekecewaan terjadi. Namun bukan berarti dunia berakhir
bukan? Bisa jadi Allah berniat memberikan yang lebih baik. Atau Allah masih
menangguhkan harapanmu, hingga menurutNya, dirimu pantaas mendapatkan gadis
baik-baik pujaan hati. Bukankah Allah telah berfirman dalam kitab-Nya:
"... dan
wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang
baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)” (An-Nur 26)
Ada sebuah kisah
mengagumkan tentang seorang ayah yang bersedih karena anaknya yang berumur
sangat muda telah menjadi janda, di tinggal mati syahid oleh suaminya. Mengapa
mengagumkan, karena menurut saya yang beliau lakukan hampir tak mungkin di
lakukan oleh kita pada zaman ini.
Ini adalah kisah
Umar Bin Khatab dan anaknya Hafshah. Umar sangat sedih karena anaknya telah
menjadi janda pada usia yang sangat muda. Beliau memutuskan akan mencari
pengganti suami anaknya. Beliau ingin menikahkan Hafshah dengan seorang muslim
yang sholeh agar hatinya kembali tenang.
Untuk itu dia pergi
kerumah Abu Bakar, sahabat yang tidak diragukan lagi kesholihannya. Ia meminta
kesediaannya untuk menikahi putrinya. Akan tetapi Abu Bakar diam, tidak
menjawab sedikitpun. Tentu saja ia merasa kecewa. Bagaimana tidak, ini
menyangkut kebahagiaan anaknya, dan ia merasa abu bakar tidak berkenan
mengambil anaknya menjadi istri.
Kemudian Umar pun
menemui Utsman bin Affan dan meminta kesediaannya untuk menikahi putrinya.
Namun pada saat itu, Utsman masih berada dalam kesedihan karena istrinya
Ruqayah binti Muhammad, yang baru meninggal. Umarpun kembali kecewa. Namun ia
merasa wajar, bagimana mungkin anaknya bisa menggantikan Ruqayah dan mengobati
kesedihan Utsman. Ruqayah sendiri adalah putri manusia terbaik di sisis Allah,
Muhammad SAW.
Kemudian dia menemui
Rasulullah SAW dengan maksud mengadukan sikap kedua sahabatnya itu. Mendengar
penuturan Umar, Rasulullah SAW bersabda, " Hafshah akan menikah dengan
seseorang yang lebih baik daripada Utsman dan Abu Bakar. Utsman pun akan
menikah dengan seseorang yang lebih baik daripada Hafshah."
Disinilah Umar
mengetahui bahwa Rasulullah SAW yang akan meminang putrinya. Tak ada sesorang
yang lebih baik dari sahabatnya Abu Bakar di dunia ini, kecuali Rasulullah itu
sendiri. Umar merasa sangat terhormat mendengar niat Rasulullah SAW untuk
menikahi putrinya, dan kegembiraan tampak pada wajahnya. Umar langsung menemui
Abu Bakar untuk mengutarakan maksud Rasulullah SAW. Abu Bakar berkata,
"Aku tidak bermaksud menolakmu dengan prilakuku tadi, karena aku tahu
bahwa Rasulullah SAW telah menyebut-nyebut nama Hafshah, namun aku tidak
mungkin menyebut rahasia beliau kepadamu. Seandainya Rasulullah saw
membiarkannya tentu akulah yang akan menikahi Hafshah." Umar baru memahami
mengapa Abu Bakar menolak putrinya. Sedangkan sikap Utsman hanya karena sedih
atas meninggalnya Ruqayah dan dia bermaksud mempersunting saudaranya, Ummu
Kultsum, sehingga nasabnya dapat terus bersambung dengan Rasulullah SAW.
Setelah Utsman menikah dengan Ummu Kultsum, dia dijuluki dzunnuraini ( pemilik
dua cahaya ).
Begitulah jawaban
dari sebuah cobaan yang dipakan kepada umar dan putrinya. Mukmin mana yang
tidak merasa terhormat anaknya di pinang oleh orang semulia Muhammad SAW. Hal
ini bisa menjadi pelajaran bagi kita bahwa penderitaan yang kita alami bisa
jadi adalah awal dari kebahagiaan yang lebih besar. Tidak mungkin sebuah
bangunan indah dan kokoh menjulang terbentuk begitu saja, pastilah ada awalnya.
Ada keringat yang di kucurkan dalam setiap fondasi, ada harta yang di keluarkan
dalam setiap material, ada waktu yang harus sabar ditunggu hingga akhirnya bagunan
itu terbentuk. Semua itu ada proses yang harus di lalui hingga kita bisa
merasakan hasilnya.
Cobalah berpikir
ketika musibah itu menimpa kita, apa
yang akan di katakan Rasulullah. Para sahabat terdahulu, mereka dipukuli,
disiksa, dirampas hartanya hingga dibunuh, hanya karena mengatakan "saya
beriman". Lalu apakah layak hanya karena penderitaan cinta kita ke sesama
manusia, kita merasa sebagai makhluk yang paling naas. Apakah pantas perjuangan
kita untuk memperoleh apa yang kita inginkan di bandingkan dengan perjuangan
para sahabat dalam menegakan agama Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Gunakan kata-kata yang cerdas dan tidak merendahkan. Silahkan mengkritik bila ada yang menyimpang dari Ajaran Rasulullah. ^,^