Translate

18 Sep 2015

Pemimpin Pengganti Rasulullah

Kisah Rasulullah memilih pemimpin

Bagaimana Sahabat Rasulullah Memilih Pemimpin Pengganti Beliau


Ketika Rasulullah wafat, terjadi kekosongan kursi kepemimpinan, padahal saat itu ummat islam tengah berada dalam pergolakan antar kaum Quraisy, mukmin, nasrani dan Yahudi. Lalu di adakanlah pertemuan di antara kaum Anshar (penduduk asli madinah) di Saqifah bani Sa'ida. Saat itu orang-orang Anshar dan Muslimin lainnya berkeyakinan, bahwa Rasulullah SAW tidak pernah menunjuk seseorang sebagai penggantinya. Pada awalnya kaum Anshar akan mengangkat seseorang dari mereka, yaitu Saad bin Ubadah untuk menduduki jabatan Khalifah, karena mereka meyakini bahwa kursi kepemimpinan layak di duduki oleh kaum mereka. Lalu datanglah beberapa tokoh Muhajirin (penduduk makkah yang ikut hijrah) dan ikut bermusyawarah, maka di angkatlah seorang amir baik dari tokoh anshar maupun muhajirin.

Ketika Sayidina Abu Bakar mendengar hal tersebut (perseteruan dalam mencari pemimpin) ia bergegas menghadiri pertemuan. Lalu ia berpidato untuk meredam gejolak saat itu. ia menerangkan tentang keutamaan sahabat2 terdekat Rasulullah yang ikut berjuang dengan Beliau. Lalu ia mengusulkan 2 tokoh sesepuh yang tidak diragukan lagi kepemimpinan dan keimanannya, yaitu Sayyidina Umar atau Abu Ubaidah Ibnul Jarroh.

saat itulah Sayidina Umar langsung menyahut dengan lantangnya.“Tidak, tidak mungkin saya diangkat sebagai pemimpin satu kaum sedang dalam kaum itu ada engkau.” Begitu pula Ubaidah Ibnul Jarroh. Setelah Umar berbicara, kaum muslimin kembali teringat akan keutamaan Abu Bakar di mata rasulullah. Umar menjelaskan Abu Bakar adalah sahabat Rasulullah yg pertama masuk islam, yg selalu melindunginya sedangkan ketika itu ia masih memerangi rasulullah. Abu Bakar pula yg pertama kali selalu membenarkan perkataan Rasulullah. Maka setelah penjelasan tersebut di angkatlah Abu Bakar menjadi khalifah.

Setelah diangkat, Abu Bakar berpidato setelah memuji Allah Pemilik segala pujian,
"Amma ba'du, para hadirin sekalian sesungguhnya aku telah terpilih sebagai pimpinan atas kalian dan bukanlah aku yang terabik, maka jika aku berbuat kebaikan bantulah akau. Dan jika aku bertindak keliru maka luruskanlah aku. Kejujuran adalah amanan, sementara dusta adalah suatu pengkhiatan. Orang yang lemah di antara kalian sesungguhnya kuat di sisiku hingga aku dapat mengembalikan haknya kepadanya Insya Allah. Sebaliknya siapa yang kuat di antara kalian maka dialah yang lemah di sisiku hingga aku akan mengambil darinya hak milik orang lain yang diambilnya. Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad di jalan Allah kecuali Allah akan timpakan kepada mereka suatu kehinaan, dan tidaklah suatu kekejian terbesar di tengah suatu kaum kecuali adzab Allah akan ditimpakan kepada seluruh kaum tersebut. Patuhilah aku selama aku mematuhi Allah dan RasulNya. Tetapi jika aku tidak mematuhi keduanya maka tiada kewajiban taat atas kalian terhadapku. Sekarang berdirilah kalian untuk melaksanakan shalat semoga Allah merahmati kalian"(Ibnu Hisyam, as-Sirah an-Nabawiyah 4/413-414,tahqiq Hamma Sa'id dan Muhammad Abu Suailik)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Gunakan kata-kata yang cerdas dan tidak merendahkan. Silahkan mengkritik bila ada yang menyimpang dari Ajaran Rasulullah. ^,^