ini kisahnyata catatan temen ane di FLP yogyakarta. ditulis tahun 2013 di catatan FB
Anak yang Kami Tebus dengan Shadaqah
Tepat 6 bulan yang lalu, saat-saat kami menantikan lahirnya buah hati, Saya mengalami kontraksi selama lebih dari 30 jam, sejak kamis malam (6 Desember2012) pukul 20.00. Suami saya menginap di bandara Soekarno-Hatta malam itu juga, untuk mendapatkan penerbangan paling pagi ke Yogyakarta. Dan pagi hari di hari Jum'at, saya diantar untuk periksa ke rumah sakit. Sampai di sini, semua terjadi dengan begitu santai, hanya kesiagaan tanpa kepanikan. Hingga dokter mengatakan..."Lho,sebentar... Air ketubannya kok habis ya Bu... Tadi atau kemarin sudah ada yang keluar?"
"Habis?",sebenarnya pertanyaan lengkapnya dalam benak saya, "Terus kenapa kalau habis?"
"Ya masih sedikit... Tapi mengkhawatirkan. Belum ada pembukaan sama sekali. Ibu cek NST ya sekarang."
Siang itu juga saya ke lantai 3 RS JIH untuk melakukan NST test . Perut saya yang buncit dipasangi alat untuk merekam denyut jantung bayi, dan saya diminta untuk memencet tombol bila merasakan pergerakan sang buah hati. Hasil pertama tidak terlalu bagus, karena saya merasa, bayi saya sama sekali tidak bergerak. Perawat menyarankan saya makan dan minum sesuatu terlebih dahulu. Maka suami saya cepat-cepat membelikan roti. Setelah makan, rupanya si bayi memang bergerak sesekali. Setelah menunggu sekitar satu jam dengan gelisah akibat kontraksi yang hanya berselang 3 menit sekali, saya kembali menemui dokter.
"Hasilnya tidak terlalu bagus, Bu. Mau tidak mau, ibu harus dicaesar."
Heh?! "Bentar... bentar... Memang saya tidak bisa melahirkan spontan?", sikap santai saya perlahan berubah.
"Kemungkinan bayi ibu mengalami IUGR. Saya khawatir, bayinya tidak bisa menunggu terlalu lama. Bisa jadi kekurangan oksigen di dalam."
Ada apa ini? Saya merasa baik-baik saja dan siap untuk melahirkan secara normal. Tiba-tiba kantung mata saya memanas. "Harus caesar, Dok? Kapan?"
"Ya secepatnya. Satu jam dari sekarang. Ibu jangan pulang ya." Saya mulai percaya kalau dokter itu tidak sedang bercanda. Ekspresinya benar-benar serius. Sekujur tubuh saya mendadak lemas, dan teringat bahwa saya dan suami belum shalat dzuhur.